To Bettong adalah sebuah komunitas tradisional yang terletak di Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Komunitas ini terkenal dengan kebudayaan dan tradisinya yang kaya dan masih terjaga sampai saat ini.
Masyarakat To Bettong umumnya bermukim di daerah pesisir dan berprofesi sebagai nelayan. Mereka mempunyai kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, seperti laut, sungai, dan hutan. Salah satu contoh kearifan lokal mereka adalah dalam teknik penangkapan ikan dengan jaring yang disebut dengan pukat harimau. Teknik ini sangat efektif dalam menangkap ikan besar di laut dan sungai.
Selain itu, To Bettong juga dikenal dengan adat istiadat dan upacara adatnya yang masih terjaga hingga saat ini. Salah satu upacara adat yang terkenal adalah Acara Sambut Tamu atau disebut juga dengan “Mappasa’uang” dalam bahasa setempat. Upacara ini dilakukan ketika ada tamu yang datang ke desa mereka. Tujuan dari upacara ini adalah untuk menyambut tamu dengan baik dan mempererat hubungan antar masyarakat.
Selain Acara Sambut Tamu, To Bettong juga memiliki berbagai upacara adat lainnya seperti acara pernikahan, acara penyambutan bayi baru lahir, dan acara kematian. Mereka juga mempunyai kesenian dan budaya tradisional yang sangat kaya seperti tarian tradisional, lagu-lagu daerah, dan seni kerajinan tangan.
Meskipun To Bettong terletak di daerah yang terpencil dan sulit dijangkau, mereka tetap mempertahankan kebudayaan dan adat istiadat mereka dengan baik. Keunikan budaya dan tradisi mereka telah menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional yang ingin mengenal dan mempelajari lebih lanjut tentang kebudayaan Sulawesi Selatan.
Salah satu tradisi unik dari masyarakat To Bettong di Kabupaten Barru adalah tradisi “Maccera Tedong”. Tradisi ini dilakukan oleh para nelayan sebelum mereka memulai penangkapan ikan di laut.
Maccera Tedong sendiri berasal dari bahasa setempat yang artinya “memotong kepala kerbau”. Pada saat ini, para nelayan To Bettong memilih satu ekor kerbau untuk disembelih dan mengambil kepala kerbau tersebut. Kepala kerbau kemudian diletakkan di atas perahu sebagai simbol perlindungan dan keselamatan selama para nelayan berada di laut.
Selain itu, pada saat tradisi Maccera Tedong, para nelayan juga akan menari dan menyanyikan lagu-lagu tradisional sebagai ungkapan syukur atas keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah di masa lalu. Setelah itu, para nelayan kemudian berangkat ke laut dengan harapan akan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah.
Tradisi Maccera Tedong dianggap sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil laut yang melimpah dan keselamatan yang diberikan kepada para nelayan. Tradisi ini juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan di antara masyarakat To Bettong. Kegiatan ini seringkali dihadiri oleh masyarakat setempat dan dijadikan ajang untuk berkumpul dan saling bersilaturahmi.
Bahasa yang digunakan oleh orang To Bettong adalah Bahasa Makassar, karena mereka berasal dari kelompok etnis Makassar yang mendiami wilayah Barru. Namun, terdapat pula penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di sekolah dan kegiatan resmi lainnya.
Kehidupan masyarakat To Bettong saat ini sangat dipengaruhi oleh modernisasi dan globalisasi, namun mereka masih mempertahankan tradisi dan kebiasaan lama seperti adat istiadat dan kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Mayoritas penduduk To Bettong hidup sebagai petani, nelayan, atau pedagang. Mereka hidup dalam keluarga besar dan memiliki sistem kekerabatan yang sangat kuat, sehingga membentuk kebersamaan dan persatuan yang erat.
Masyarakat To Bettong juga masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan tradisional, seperti tradisi pengorbanan hewan, tari-tarian dan musik tradisional, dan adat istiadat dalam acara perkawinan dan kematian. Selain itu, masyarakat To Bettong juga terkenal dengan kerajinan tangan seperti pembuatan anyaman bambu, pembuatan perahu tradisional, dan pembuatan barang-barang dari kayu.
Meskipun terdapat perubahan sosial dan budaya, masyarakat To Bettong tetap mempertahankan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang kuat dalam kehidupan mereka.
Masyarakat To Bettong memiliki kearifan lokal dan tradisi unik yang masih dipertahankan hingga saat ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Adat Istiadat: Masyarakat To Bettong masih mempertahankan adat istiadat yang diwarisi dari nenek moyang mereka, seperti adat perkawinan, adat pemberian nama, dan adat kematian. Adat istiadat tersebut masih dipraktikkan secara turun temurun dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat To Bettong.
- Sistem Kepercayaan: Masyarakat To Bettong mempunyai sistem kepercayaan yang berbeda-beda, seperti kepercayaan terhadap roh leluhur, kepercayaan animisme dan dinamisme. Mereka masih melakukan upacara-upacara adat untuk memohon keberkahan dan perlindungan dari roh leluhur.
- Seni dan Budaya: Seni dan budaya merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat To Bettong. Mereka masih mempertahankan seni tari-tarian dan musik tradisional, seperti tari Mappadendang dan musik Bissu. Selain itu, mereka juga terkenal dengan kerajinan tangan, seperti anyaman bambu, pembuatan perahu tradisional, dan pembuatan barang-barang dari kayu.
- Panganan Tradisional: Masyarakat To Bettong juga masih mempertahankan panganan tradisional, seperti pisang tongka, ketupat sarundeng, dan panganan dari ketan. Panganan-panganan tersebut masih sering ditemukan di acara adat atau dijual di pasar tradisional.
- Sistem Kekerabatan: Sistem kekerabatan yang kuat masih dijaga oleh masyarakat To Bettong. Mereka masih menjalankan sistem adat yang menganut pola marga atau suku yang kuat, sehingga terdapat kebersamaan dan persatuan yang erat di antara mereka.
Masyarakat To Bettong sangat memperhatikan dan mempertahankan nilai-nilai adat dan kearifan lokal mereka. Hal ini menjadi bukti bahwa mereka masih sangat mencintai warisan budaya yang diterima dari nenek moyang mereka dan memperkuat identitas mereka sebagai orang To Bettong.